Pasang pageh Tulisan Bali

Dalam catatan dari zaman Jawa-Bali Kuno banyak terdapat aksara-aksara wianjana khusus, serta gantungannya yang istimewa. Penulisan aksara sebegitu dipanggil pasang pageh, karena cara penulisannya memang demikian, tidak dapat diubah lagi.[7] Aksara-aksara tersebut juga memiliki nama, misalnya Na rambat; Ta latik; Ga gora; Ba kembang; dan sebagainya. Ini adalah kerana setiap aksara kuno ini harus diucapkan dengan intonasi yang benar, sesuai dengan nama aksara tersebut. Namun kini sebutan untuk setiap aksara tidak seperti dulu.[8] Aksara mahaprana (berhembus) diucapkan sama seperti aksara alpaprana (tak berhembus). Aksara dirgha (vokal panjang) diucapkan sama seperti aksara hrasua (vokal pendek). Aksara usma (sibilan) diucapkan biasa saja. Meskipun cara sebutannya sudah diabaikan dalam pembacaan, namun dalam penulisan, pasang pageh harus dikekalkan.

Pasang pageh berguna untuk membezakan homonim. Misalnya:

Aksara BaliHuruf RumiErtiAksara BaliHuruf RumiErti
astaialahpadatanah, bumi
asthatulangpādakaki
aṣṭalapanpadhasama-sama